BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
 Pengambilan
 keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif pemecahan 
masalah. Pada hakikatnya keputusan diambil jika pimpinan menghadapi 
masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi yang 
bergerak baik dalam bidang sosial maupun komersial. Ada
 dua kemungkinan sifat tujuan dari pengambilan keputusan. Pertama adalah
 tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal dalam arti bahwa 
sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. 
Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat bersifat 
ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil sekaligus memecahkan 
dua masalah atau lebih.
           
 Dalam setiap pengambilan keputusan para pengambil keputusan akan selalu
 berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang 
paling menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah 
ketidakpastian (Uncertainty), ini adalah salah satu sifat dimana tidak akan dapat diketahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang datang.
           
 Untuk itu maka model pengambilan keputusan sangatlah penting untuk 
membantu para pengambil keputusan dan mengambil keputusan. Ada
 beberapa macam model keputusan antara lain model simulasi computer, 
model pohon keputusan, model probabilistik dan lain sebagainya. Dari 
model tersebut masing – masing memiliki tipe kasus yang berbeda  tapi 
memiliki fungsi yang sama. Maka dari itu kami mengangkat suatu kasus 
dari model probabilistic untuk lebih memahami model – model pengambilan 
keputusan tersebut.
BAB 11
LANDASAN TEORI
2.1  Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model
 adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan 
untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri 
merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model 
secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
·         Untuk
 mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu 
ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
·         Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
·         Untuk
 merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel.
 Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
·         Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model
 merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system 
yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu 
dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan 
tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat 
memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai pengecatan gedung sekolah.
1.      Pengecatan
 gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung dapat
 berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.
2.      Pengecatan
 gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak langsung 
dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang 
bersangkutan.
3.      Begitu
 pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya 
justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih 
banyak lagi.
4.       Pengecatan
 yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap dua
 tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan 
konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang 
bersangkutan.
5.      Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila dilakukan setiap dua tahun sekali.
Dari
 uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri 
pada model yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya 
hubungan antara pengecatan dan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan. 
Model kelima merupakan praktik pengecatan itu sendiri (sebaiknya 
dilakukan dua tahun sekali).
Alasan-alasan
 yang dikemukakan pada butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh yayasan 
sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan kesimpulan secara teknis 
mengenai hubungan antara pengecatan dan struktur, jadi diluar 
prinsip-prinsip keahlian. Butir (1) dan (2) menghubungkan antara 
pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan siswa dan kegiatan guru.
Pada
 umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-masing 
adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik 
nyata), atau dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari 
kenyataan, mengenai hal ini Olaf Helmer menyatakan bahwa: 
karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi; elemen-elemen 
tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis
 keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan 
abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan 
konseptual. Setiap unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan 
menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik. 
Hubungannya
 dengan unsur lain mencerminkan adanya kekayaan atau peralatan dan 
hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system lalu lintas kota
 dapat dibuat tiruannya dengan membuat miniature yang menggambarkan 
adanya jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu-rambu lalu lintas, beserta 
kendaraan persis seperti sesungguhnya.
Jika
 para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya 
dapat menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu. 
Kemudian digunakan untuk memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan
 demikian pada hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang nyata, 
mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi 
masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri 
dibuat dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di
 samping itu, model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu
 sendiri.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast,
 memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan 
dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan 
menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa 
penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan 
pemahaman.
Berdasarkan
 pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model 
matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih 
mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak 
untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses 
abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus. 
2.2  Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat
 begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini 
disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan
 berdasarkan sebagai berikut:
1.      Tujuannya
 : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, 
dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.      Bidang penerapannya (field of application)
 : model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model 
tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.      Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.      Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5.      Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6.      Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan; lain-lain.
7.      Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8.      Formalisasi (formalization)
 : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan 
hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan 
juga.
      Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1.      Model kuantitatif
Model
 kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian 
asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis 
yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau 
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk 
computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap 
melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari 
asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai 
proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk 
pemecahannya.
2.      Model kualitatif
Model
 kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang 
jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan 
melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan
 pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah
 yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks
 memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang 
kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya 
kurang diketahui dengan pasti).
1.      Model Probabilitas
Model
 probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep 
probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept
 of probability and expected value).
        
 Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat 
terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event 
occuring). Misalnya kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti 
tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung 
merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu
 berisi 6, masing-masing sisi hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan
 1/6 untuk menang.
        
 Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi 
statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi 
atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri merupakan
 sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
        
 Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu
 adalah 1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan 
masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).
Banyak
 kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang 
semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, 
misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan 
dalam masa resesi,  untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan 
masyarakat, lain sebagainya.
2.      Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
           
 Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam 
pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut 
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan 
kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap 
peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu 
dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya 
adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih 
diragukan.
           
 Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400 
juta. Jumlah undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai 
nominal harga tiap lembarnya Rp 500,-. Kalau undian sebanyak dua juta 
lembar itu laku semuanya, maka pendapatan pemerintah dari hasil 
penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan bersih sebesar Rp 600 juta. 
Kemungkinan memenangkan hadiah dari tiap lembar undian adalah seperdua 
juta. Nilai harapannya sebetulnya hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200 
juta.
3.      Model matriks
           
 Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected 
value), ada juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah 
model matriks (the payoff matrix model).Model matriks merupakan model 
khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan 
hasil yang diharapkan.
           
 Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a 
particularly convenient method of displaying and summarizing the 
expected values alternative strategics.Model matriks terdiri atas dua 
hal, yakni baris dan lajur. Baris (row) bentuknya mendatar, sedangkan 
lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi 
macam alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan, 
sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi
 dan situasi yang berlainan.
           
 Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda 
dalam konsep atau pandangan eko nomi yang bervariasi. 
           
 Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) 
sebesar Rp 100 juta, hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut 
akan berkisar antara 5-25%-nya, tergantung apakah keadaan ekonomi saat 
itu baru mengalami resesi, atau dalam keadaan normal, atau malahan baru 
dalam keadaan baik sekali (boom). Apakah hal kedua yang dilakukan yakni 
dengan menggunakan strategi penanaman modal yang termasuk moderat 
sebesar Rp 50 juta diharapkan akan mendapat keuntungan sekitar 2-15%, 
tergantung dari keadaan ekonomi saat itu. Yang ketiga adalah apabila 
kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp 10 juta 
dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta pemeliharaannya
 pada keadaan ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat member 
keuntungan 1%, tetapi apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan 
normal diperkirakan tidak akan member keuntungan.
4.      Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
           
 Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan
 suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam 
komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan 
beserta konsekuensi masing-masing.
           
 Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang 
sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.
           
 Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan 
masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani. 
Selanjutnya Welch dan Comer memberikan definisi mengenai pohon keputusan
 (decision tree) sebagai berikut:
“The
 decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of 
alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance 
modes, pay offs for each combination, and the probabilities of each 
event.”
           
 Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul 
keputusan, simpul kesempatan, hasil dari kombinasi, dan 
kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi. Hal 
yang kiranya penting dalam pohon keputusan adalah pengambil keputusan 
itu haruslah secara aktif memilih dan mempertimbangkanbetul-betul 
alternative mana yang akan dijadikan keputusan
           
 Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat 
tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan 
terhadap masalah yang dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan 
informasi yang lengkap,upto-date dan dap;at dipercaya kebenarannya, 
sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan dengan baik.
           
 Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya 
berupa diagram. Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon
 ini merupakan salah satu langkah yang diperlukan, misalnya dalam 
pengambilan rancangan bangun proyek. Konsep proses ini pada dasarnya 
mengikuti teori system, dimana antara komponen yang satu dengan komponen
 yang lain merupakan mata rantai proses yang berkesinambungan, yang 
saling bergantung.
Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
1.        Mengadakan
 identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada yang secara 
bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus dipecahkan 
melalui diagram keputusan. Masalah tertentu itulah yang merupakan 
masalah utama.
2.        Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
3.        Masalah
 yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang
 lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon 
yang bercabang-cabang.
Itulah
 sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang 
dilakukan semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat 
bermanfaat bagi tim yang mengadakan analisi masalah untuk kemudian 
dipecahkan bersama-sama dalam tim itu karena masalahnya dan pemecahaanya
 saling berkaitan. Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah yang begitu
 kompleks tidak akan dapat dipecahkan.
5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).
Kurva
 Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang 
berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau 
kemanfaatan yang sama. Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun 
kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun apabila semuanya itu 
berada pada titik kurva indiferen, kepuasa sama. 
 Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.
1.      Kurva
 indeferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang negatif    
menunjukan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan 
komoditas lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat 
kepuasan yang tetap sama.
2.      Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak akan saling berpotongan.
3.      Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk garis kurva.
4.      Kurva indeferen di butuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.
6.   Model Simulasi Komputer. 
Menurut
 model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun (design) 
yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa yang 
dilakukan oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal ini 
lebih mudah dihitung dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap 
dependen. Sebab dengan menggunakan komputer jangkauan pikiran dan 
pemikirannya secara secara operasional menjadi lebih luas dan panjang 
serta mampu memecahkan masalah yang kompleks karena komputer dapat 
menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan 
tepat seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Sebagai
 contoh,setiap pilot pesawat terbang harus dapat memberi keputusan 
dengan tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan jika menghadapi 
situasi yang cukup riskan dalam atau selama penerbangan. Apabila 
keputusan dan tindakan itu tepat maka selamatlah pesawat terbang dengan 
segala isinya  tetapi apabila ternyata keputusan dan tindakan  yang 
diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot bertanggung 
jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon pilot 
harus banyak latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit 
tiruan yang bentuk,besar,dan juga instrumennya persis sama dengan 
cockpit pesawat sungguhan. 
Dari
 hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi 
yang harus dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan 
pesawatnya. Jika ia telah cukup mahir menjalankan instruksi, kemudian 
keteranpilan ditingkatkan dengan memberi masalah kepada calon pilot 
untuk segera dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi penerbangan 
tersebut semacam video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang 
intensif calon pilot akan mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan 
dan barulah di coba dengan pesawat sesungguhnya.
Selanjutnya
 Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis kebijakan 
pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut. 
1.      Model Matematika
Model
 matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, 
teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan 
kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan 
sebagai simulator.
2.      Model Simulasi Komputer 
Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada
 yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang 
sesungguhnya misalnya cockpit pesawat dimana calon pilot melatih diri 
melalui cockpit tiruan tersebut.
3.      Model Permainan Operasional
Dalam
 model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. 
Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan 
masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war 
games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa 
datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara 
penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh 
dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.
4.      Model verbal
Model
 verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang 
lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat 
dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil 
keputusan yang nonkuantitatif. 
     
 Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
 birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 
ciri,sebagai berikut.
1.      Birokrasi
 mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya 
mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi. 
Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif 
substansial.          
2.      Bagian
 terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat 
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi 
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3.      Upahnya,
 kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada 
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat 
oleh organisasi tersebut.
4.      Sebagian
 besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. 
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga 
ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan
 demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) 
ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam 
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi 
terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi 
bahan pertimbangan.
5.      Model fisik 
Dalam
 menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting 
untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan 
bangunan atau tata kota.
 Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan 
jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan 
serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang 
cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak,
 dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan
 bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan 
seorang insinyur daripada policy maker.