NAMA : DWI SAPUTRO
NPM : 1220209
KELAS : 4EA08
A. Mitos Bisnis Amoral
NPM : 1220209
KELAS : 4EA08
A. Mitos Bisnis Amoral
Mengungkapkan suatu keyakinan bahwa
antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Etika
justru bertentangan dengan bisnis dan akan membuat pelaku bisnis kalah dalam
persaingan bisnis yang ketat. Orang bisnis tidak perlu memperhatikan
imbauan-imbauan, norma-norma dan nilai moral.
Argumen:
- Bisnis adalah suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis
harus berusaha dengan segala cara
dan upaya untuk bisa menang
- Aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan, berbeda dari aturan yang dikenal
dalam kehidupan sosial sehingga tidak bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial
- Orang bisnis yang mau mematuhi aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang
tidak menguntungkan
dan upaya untuk bisa menang
- Aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan, berbeda dari aturan yang dikenal
dalam kehidupan sosial sehingga tidak bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial
- Orang bisnis yang mau mematuhi aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang
tidak menguntungkan
Mitos
bisnis amoral tidak sepenuhnya benar
- Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil karena
memegang teguh kode etis dan
komitmen moral tertentu
- Bisnis adalah bagian aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang
dianggap baik dan berlaku di masyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis
- Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
komitmen moral tertentu
- Bisnis adalah bagian aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang
dianggap baik dan berlaku di masyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis
- Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
Suatu
praktek atau kegiatan bisnis mungkin saja diterima secara legal karena ada dasar
hukum, tetapi tidak diterima secara moral (monopoli?).
Etika
harus dibedakan dari ilmu empiris. Etika tidak mendasarkan norma atau
prinsipnya pada kenyataan faktual yang terus berulang.
Menurut
Hume :dari kenyataan yang ada (is) tidak bisa ditarik sebuah perintah
normatif (ought)
contoh
: sogok, suap, kolusi, monopoli, nepotisme.
Berbagai
aksi protes yang mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis
menunjukkan bahwa bisnis harus dijalankan secara baik dan tetap mengindahkan
norma-norma moral.
B.
Keutamaan Etika Bisnis
1. Dalam bisnis modern, para pelaku
bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang
unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang
baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
2. Dalam persaingan bisnis yang sangat
ketat,maka konsumen benar-benar raja.
Kepercayaan
konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan
peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka
perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis.
4. Perusahaan modern sangat menyadari
bahwa karyawan bukanlah tenaga yang harus dieksploitasi demi mendapat
keuntungan.
Kenneth
Blanchard dan Norman Vincent Peale: “perlakuan yang baik terhadap karyawan
telah menaikkan keuntungan perusahaan sebesar 20% atau telah menurunkan harga
produk perusahaan tersebut sebesar 20%
C.
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
1. Etika bisnis bertujuan untuk
menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis.
2. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat
luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek
bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai
sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek
bisnis.
D. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
1. Prinsip otonomi
Otonomi
adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan. Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusan dan
tindakan serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut.
2. Prinsip Kejujuran
·
Kejujuran dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
·
Kejujuran dalam penawaran barang dan
jasa dengan mutu dan harga sebanding.
·
Kejujuran dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip
keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip
ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan
bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution.
5. Prinsip
Integritas Moral
Prinsip
ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan
agar dia
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan.
E. Prinsip Utama Etika Bisnis
Prinsip utama menjaga etika bisnis
adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip moral menjadi orang baik itu
banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum, Artinya, yang memenuhi prinsip
moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam dunia bisnis, ada beberapa
prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik.
Pertama, Kejujuran. Ini ad alah landasan dari kepercayaan,
kepercayaan adalah landasan dari bisnis yang sehat. Salah satu figure yang
jelas adalah Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedagang yang maju karena
menjunjung tinggi kejujuran.
Kedua, taat kepada hukum dan aturan di suatu negara. Ini perlu
dipenuhi, salah satunya adalah membayar pajak.
Ketiga, bersedia untuk berbagi. Meski ada persaingan, tidak
berarti harus saling menuduh. Menang dalam bisnis, bukan berarti membunuh
lawan.
Keempat, menjaga lingkungan hidup. Jika pebisnis peduli pada
bisnisnya, maka mereka harus peduli pada lingkungan dan masyarakat di
sekitarnya. Sebab itu menyangkut generasi yang akan datang.
F. Etos Kerja
Definisi Etos Kerja
Menurut
Gregory (2003) sejarah membuktikan negara yang dewasa ini menjadi negara maju,
dan terus berpacu dengan teknologi/informasi tinggi pada dasarnya dimulai
dengan suatu etos kerja yang sangat kuat untuk berhasil. Maka tidak dapat
diabaikan etos kerja merupakan bagian yang patut menjadi perhatian dalam
keberhasilan suatu perusahaan, perusahaan besar dan terkenal telah membuktikan
bahwa etos kerja yang militan menjadi salah satu dampak keberhasilan
perusahaannya. Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian,
perilaku, dan karakternya. Setiap orang memiliki internal being yang merumuskan
siapa dia. Selanjutnya internal being menetapkan respon, atau reaksi terhadap
tuntutan external. Respon internal being terhadap tuntutan external dunia kerja
menetapkan etos kerja seseorang (Siregar, 2000 : 25)
Etos
berasal dari bahasa yunani ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan
seseorang, motivasi atau
tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka, yakni gambaran, cara
bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan. Dengan kata
lain etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap mendasar terhadap diri dan dunia
mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya (Khasanah, 2004:8).
Menurut
Geertz (1982:3) Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang
dipancarkan hidup. Sikap disini digambarkan sebagai prinsip masing-masing
individu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan .
Menurut kamus Webster, etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi (guiding beliefs of a person, group or institution).
Menurut
Usman Pelly (1992:12), etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan
kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari
pernyataan di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya, yang mana
dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi.
Etos
kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang
diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara khas (Sinamo, 2003,2).
Menurut
Toto Tasmara, (2002) Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga
pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk
lainnya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal
penting seperti:
a. Orientasi
ke masa depan,
yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke
depan agar lebih baik dari kemarin.
b. Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu
merupakan hal yang sangat penting guna efesien dan efektivitas bekerja.
c. Tanggung
jawab, yaitu
memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
d. Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan
hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
e. Persaingan
sehat, yaitu dengan
memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan
menambah kreativitas diri.
Secara
umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu sebagai seorang pengusaha atau manajer. Menurut A. Tabrani Rusyan,
(1989) fungsi etos kerja adalah:
(a) pendorang
timbulnya perbuatan
(b) penggairah
dalam aktivitas
1. penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar
kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan. Cara Menumbuhkan
EtosKerja :
2. Menumbuhkan sikap optimis :
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
3. Jadilah diri anda sendiri :
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
4. Keberanian untuk memulai :
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
- Merubah kegagalan menjadi sukses
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
- Merubah kegagalan menjadi sukses
5. Kerja dan waktu :
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
6. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
- Latihan berkonsentrasi
- Perlunya beristirahat
- Latihan berkonsentrasi
- Perlunya beristirahat
7. Bekerja adalah sebuah panggilan
Tuhan(Khasanah, 2004)
Aspek
Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :
1
. Kesadaran : keadaan mengerti akan
pekerjaanya.
2
. Semangat : keinginan untuk bekerja.
3
. Kemauan : apa yang diinginkan atau
keinginan, kehendak dalam bekerja.
4
. Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan
pekerjaan (janji dalam bekerja).
5
. Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam
bekerja.
6
. Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi
perusahaan.
7
. Peningkatan : proses, cara atau perbuatan
meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya dalam bekerja.
8
. Wawasan : konsepsi atau cara pandang
tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)
G. Realisasi Moral
Bisnis
Dalam bisnis global yang tidak
mengenal batas negara, etika masyarakat mana yang harus diikuti?
Tiga
pandangan umum yang dianut :
1. Norma etis berbeda antara satu
tempat dengan tempat yang lain.
‘’Kalau
di Roma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma’’(kubu komunitarian).
Artinya
perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu.
2. Norma sendirilah yang paling benar
dan tepat
“Bertindaklah
di mana saja sesuai dengan prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu
sendiri”.
Pandangan
ini mewakili kubu moralisme universal, bahwa pada dasarnya norma dan
nilai moral berlaku universal (prinsip yang dianut sendiri juga berlaku di
negara lain).
3. Tidak ada norma moral yang perlu
diikuti sama sekali (De George menyebutnya sebagai dengan”immoralis
naif”).
Pandangan
ini sama sekali tidak benar
- Pendekatan stakeholder ialah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur akan dipengaruhi dan juga mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
- Memetakan hubungan-hubungan yang terjalin.
- Pendekatan Stakeholder dalam kegiatan bisnis pada umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat dalam bisnis itu.
- ”Bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis harus bisa dijamin, diperhatikan dan dihargai” (disebut tujuan imperatif)
- Bermuara pada prinsip minimal : menuntut agar bisnis apapun perlu dijalankan secara baik dan etis demi menjamin kepentingan stakeholder
H. Pendekatan-pendekatan Stockholder
Kelompok-kelompok Stockholder :
1. Kelompok
primer. Pemilik modal
atau saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau
rekanan. Perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok ini.
2. Kelompok
sekunder. Pemerintah
setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat.Sumber
: http://arum-pertiwi.blogspot.com/2013/10/bisnis-dan-etika.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar