BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengambilan
keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif pemecahan
masalah. Pada hakikatnya keputusan diambil jika pimpinan menghadapi
masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi yang
bergerak baik dalam bidang sosial maupun komersial. Ada
dua kemungkinan sifat tujuan dari pengambilan keputusan. Pertama adalah
tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal dalam arti bahwa
sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat bersifat
ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil sekaligus memecahkan
dua masalah atau lebih.
Dalam setiap pengambilan keputusan para pengambil keputusan akan selalu
berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang
paling menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah
ketidakpastian (Uncertainty), ini adalah salah satu sifat dimana tidak akan dapat diketahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang datang.
Untuk itu maka model pengambilan keputusan sangatlah penting untuk
membantu para pengambil keputusan dan mengambil keputusan. Ada
beberapa macam model keputusan antara lain model simulasi computer,
model pohon keputusan, model probabilistik dan lain sebagainya. Dari
model tersebut masing – masing memiliki tipe kasus yang berbeda tapi
memiliki fungsi yang sama. Maka dari itu kami mengangkat suatu kasus
dari model probabilistic untuk lebih memahami model – model pengambilan
keputusan tersebut.
BAB 11
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model
adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan
untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri
merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model
secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
· Untuk
mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu
ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
· Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
· Untuk
merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel.
Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
· Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model
merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system
yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu
dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan
tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat
memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai pengecatan gedung sekolah.
1. Pengecatan
gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung dapat
berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.
2. Pengecatan
gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak langsung
dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.
3. Begitu
pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya
justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih
banyak lagi.
4. Pengecatan
yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap dua
tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan
konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.
5. Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila dilakukan setiap dua tahun sekali.
Dari
uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri
pada model yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya
hubungan antara pengecatan dan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan.
Model kelima merupakan praktik pengecatan itu sendiri (sebaiknya
dilakukan dua tahun sekali).
Alasan-alasan
yang dikemukakan pada butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh yayasan
sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan kesimpulan secara teknis
mengenai hubungan antara pengecatan dan struktur, jadi diluar
prinsip-prinsip keahlian. Butir (1) dan (2) menghubungkan antara
pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan siswa dan kegiatan guru.
Pada
umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-masing
adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik
nyata), atau dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari
kenyataan, mengenai hal ini Olaf Helmer menyatakan bahwa:
karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi; elemen-elemen
tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis
keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan
abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan
konseptual. Setiap unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan
menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.
Hubungannya
dengan unsur lain mencerminkan adanya kekayaan atau peralatan dan
hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system lalu lintas kota
dapat dibuat tiruannya dengan membuat miniature yang menggambarkan
adanya jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu-rambu lalu lintas, beserta
kendaraan persis seperti sesungguhnya.
Jika
para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya
dapat menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu.
Kemudian digunakan untuk memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan
demikian pada hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang nyata,
mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi
masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri
dibuat dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di
samping itu, model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu
sendiri.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast,
memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan
dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan
menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa
penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan
pemahaman.
Berdasarkan
pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model
matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih
mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak
untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses
abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.
2.2 Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat
begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini
disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan
berdasarkan sebagai berikut:
1. Tujuannya
: model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan,
dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application)
: model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model
tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization)
: model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan
hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan
juga.
Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model
kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian
asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis
yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk
computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap
melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari
asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai
proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk
pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model
kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang
jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan
melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan
pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah
yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks
memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang
kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya
kurang diketahui dengan pasti).
1. Model Probabilitas
Model
probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep
probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept
of probability and expected value).
Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat
terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event
occuring). Misalnya kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti
tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung
merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu
berisi 6, masing-masing sisi hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan
1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi
statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi
atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri merupakan
sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu
adalah 1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan
masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).
Banyak
kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang
semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang,
misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan
dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan
masyarakat, lain sebagainya.
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan
kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap
peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu
dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya
adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih
diragukan.
Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400
juta. Jumlah undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai
nominal harga tiap lembarnya Rp 500,-. Kalau undian sebanyak dua juta
lembar itu laku semuanya, maka pendapatan pemerintah dari hasil
penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan bersih sebesar Rp 600 juta.
Kemungkinan memenangkan hadiah dari tiap lembar undian adalah seperdua
juta. Nilai harapannya sebetulnya hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200
juta.
3. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected
value), ada juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah
model matriks (the payoff matrix model).Model matriks merupakan model
khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan
hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a
particularly convenient method of displaying and summarizing the
expected values alternative strategics.Model matriks terdiri atas dua
hal, yakni baris dan lajur. Baris (row) bentuknya mendatar, sedangkan
lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi
macam alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan,
sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi
dan situasi yang berlainan.
Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda
dalam konsep atau pandangan eko nomi yang bervariasi.
Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani)
sebesar Rp 100 juta, hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut
akan berkisar antara 5-25%-nya, tergantung apakah keadaan ekonomi saat
itu baru mengalami resesi, atau dalam keadaan normal, atau malahan baru
dalam keadaan baik sekali (boom). Apakah hal kedua yang dilakukan yakni
dengan menggunakan strategi penanaman modal yang termasuk moderat
sebesar Rp 50 juta diharapkan akan mendapat keuntungan sekitar 2-15%,
tergantung dari keadaan ekonomi saat itu. Yang ketiga adalah apabila
kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp 10 juta
dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta pemeliharaannya
pada keadaan ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat member
keuntungan 1%, tetapi apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan
normal diperkirakan tidak akan member keuntungan.
4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan
suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam
komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan
beserta konsekuensi masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang
sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.
Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani.
Selanjutnya Welch dan Comer memberikan definisi mengenai pohon keputusan
(decision tree) sebagai berikut:
“The
decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of
alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance
modes, pay offs for each combination, and the probabilities of each
event.”
Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul
keputusan, simpul kesempatan, hasil dari kombinasi, dan
kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi. Hal
yang kiranya penting dalam pohon keputusan adalah pengambil keputusan
itu haruslah secara aktif memilih dan mempertimbangkanbetul-betul
alternative mana yang akan dijadikan keputusan
Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat
tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan
terhadap masalah yang dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan
informasi yang lengkap,upto-date dan dap;at dipercaya kebenarannya,
sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan dengan baik.
Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya
berupa diagram. Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon
ini merupakan salah satu langkah yang diperlukan, misalnya dalam
pengambilan rancangan bangun proyek. Konsep proses ini pada dasarnya
mengikuti teori system, dimana antara komponen yang satu dengan komponen
yang lain merupakan mata rantai proses yang berkesinambungan, yang
saling bergantung.
Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
1. Mengadakan
identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada yang secara
bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus dipecahkan
melalui diagram keputusan. Masalah tertentu itulah yang merupakan
masalah utama.
2. Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
3. Masalah
yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang
lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon
yang bercabang-cabang.
Itulah
sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang
dilakukan semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat
bermanfaat bagi tim yang mengadakan analisi masalah untuk kemudian
dipecahkan bersama-sama dalam tim itu karena masalahnya dan pemecahaanya
saling berkaitan. Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah yang begitu
kompleks tidak akan dapat dipecahkan.
5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).
Kurva
Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang
berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau
kemanfaatan yang sama. Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun
kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun apabila semuanya itu
berada pada titik kurva indiferen, kepuasa sama.
Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.
1. Kurva
indeferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang negatif
menunjukan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan
komoditas lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat
kepuasan yang tetap sama.
2. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak akan saling berpotongan.
3. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk garis kurva.
4. Kurva indeferen di butuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.
6. Model Simulasi Komputer.
Menurut
model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun (design)
yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa yang
dilakukan oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal ini
lebih mudah dihitung dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap
dependen. Sebab dengan menggunakan komputer jangkauan pikiran dan
pemikirannya secara secara operasional menjadi lebih luas dan panjang
serta mampu memecahkan masalah yang kompleks karena komputer dapat
menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan
tepat seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Sebagai
contoh,setiap pilot pesawat terbang harus dapat memberi keputusan
dengan tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan jika menghadapi
situasi yang cukup riskan dalam atau selama penerbangan. Apabila
keputusan dan tindakan itu tepat maka selamatlah pesawat terbang dengan
segala isinya tetapi apabila ternyata keputusan dan tindakan yang
diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot bertanggung
jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon pilot
harus banyak latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit
tiruan yang bentuk,besar,dan juga instrumennya persis sama dengan
cockpit pesawat sungguhan.
Dari
hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi
yang harus dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan
pesawatnya. Jika ia telah cukup mahir menjalankan instruksi, kemudian
keteranpilan ditingkatkan dengan memberi masalah kepada calon pilot
untuk segera dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi penerbangan
tersebut semacam video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang
intensif calon pilot akan mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan
dan barulah di coba dengan pesawat sesungguhnya.
Selanjutnya
Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis kebijakan
pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
Model
matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear programming,
teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan
kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan
sebagai simulator.
2. Model Simulasi Komputer
Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada
yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang
sesungguhnya misalnya cockpit pesawat dimana calon pilot melatih diri
melalui cockpit tiruan tersebut.
3. Model Permainan Operasional
Dalam
model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan.
Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan
masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war
games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa
datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara
penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh
dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.
4. Model verbal
Model
verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang
lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat
dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil
keputusan yang nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4
ciri,sebagai berikut.
1. Birokrasi
mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya
mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi.
Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif
substansial.
2. Bagian
terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya,
kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat
oleh organisasi tersebut.
4. Sebagian
besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga
ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan
demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan)
ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi
terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi
bahan pertimbangan.
5. Model fisik
Dalam
menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting
untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan
bangunan atau tata kota.
Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan
jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan
serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang
cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak,
dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan
bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan
seorang insinyur daripada policy maker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar